INDONESIA

Kata Batik diserap dari bahasa Jawa “amba” = menulis dan “nitik”.  Batik erat dikaitkan dengan kebudayaan etnis Jawa, bahkan sudah dikenal semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Setelah akhir abad XVIII, batik mulai meluas menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa. Batik secara historis ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pada awalnya kesenian batik ini hanya khusus untuk pakaian raja dan keluarga, serta para pengikutnya.  Dikerjakannya pun hanya terbatas di lingkungan kraton saja. Akhirnya kesenian ini dibawa ke luar keraton oleh pra pengikut raja yang tinggal di luar kraton, sehingga akhirnya menjadi pakaian rakyat. Sampai awal abad XX, batik yang dihasilkan semuanya batik tulis yang dikerjakan hanya oleh kaum perempuan. Membuat batik tulis membutuhkan waktu dua sampai dengan tiga bulan. 

Batik secara historis ditulis dan dilukis pada daun lontar. Pembuatan batik cap baru dikenal setelah perang dunia pertama. Ide pembuatan batik cap ini timbul dari seorang Tionghoa yang bernama Kwee Seng dari Banyumas. Sejak adanya produksi batik cap inilah kaum pria juga bisa turut dikaryakan dalam pembuatan batik.

Pada awalnya batik dibuat dengan menggunakan kain mori. Dewasa ini batik dibuat juga dari bahan-bahan lainnya, misalnya sutera, rayon ataupun poliester. Motif gambar batik dibentuk/ditulis dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar. Kain yang telah selesai dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan. Panjangnya batik pada umumnya sekitar 2¼ meter.
Berikut adalah macam-macam motif Batik:
a. Kawung
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah aren yang dipotong melintang (biasanya dianggap buah kolang-kaling). Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Ragam hias ini memiliki makna keserasian hidup di dunia dan akhirat.
b. Pilin
Pilin adalah ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf "S" sebagai bentuk ragam hias parang. Variasi motif ini berbentuk "SS" atau pilin berganda.

 c. Swastika

Swastika merupakan varian dari pola maender dan pilin. Ragam hias ini sudah dikenal sejak zama perunggu dan banyak peninggalan-peninggalannya terdapat pada barang kerajinan perunggu. 
d. Maender
Maender adalah ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf "T". Maender biasanya digunakan sebagai hiasan pinggir untuk melengkapi ragam hias pokok. 

e. Tumpal
Tumpal adalah ragam hias tradisional nusantara yang memiliki bentuk dasar segitiga sama kaki. Ragam hias ini banyak ditemukan pada hiasan candi di indonesia. Tumpal disebut juga untu walang yang berarti kesuburan.  
f. Lar
Bentuk ragam hias lar merupakan bentuk penyederhanaan dari ragam hias Garuda di Jawa, motif ini memiliki makna kekuasaan. 

0 komentar:

Posting Komentar